Liga 1 Belum Jelas, Pemain Persik Kediri Ternak Lele
Liga 1 belum juga jelas kapan akan bergulir. Namun kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi. Pemain belakang Persik Kediri Yusuf Meilana Fuad burhani memilih membuka usaha sampingan untuk menambah rupiah guna menopang kebutuhan hidup keluarga. Usaha sampingan yang baru dilakoninya selama dua tahun ini berupa ternak bibit ikan lele.
"Baru dua tahun ini saya coba peruntungan, usaha pembibitan ternak lele. Alhamdulilah hasilnya lumayan Mas, bisa mencukupi kebutuhan keluarga mengingat bapak sudah meninggal," terang pemuda asal Dusun Susu Bango, Desa Karang Nongko, Kecamatan Ringin Rejo Kabupayen Kediri.
Dari usaha rintisanya tersebut, setiap kali panen dalam kurun waktu 2 sampai 2,5 bulan, pemain berposisi sebagai bek kiri ini mengaku bisa mendapatkan pemasukan sekitar Rp10 juta. Harga bibit lele yang dijual seukuran 5 sampai 6 centi meter dijual 1000 ekor seharga Rp 140 ribu.
"Sekali panen bersih sampai Rp 10 juta lebih, maksimal panen 2 sampai 2,5 bulan," kata pemain yang sudah empat musim membela Persik ini.
Modal Menang Liga 3
Anak pertama dari tiga bersaudara itu mengaku jika semua perawatan usaha pembibitan lele ia lakukan sendiri, tanpa bantuan orang lain. Dipagi hari, dimulai pukul 07.00 WIB - 09.00 WIB ia sempatkan memberi makan ikan lele sekaligus membersihkan kolam yang ada di belakang rumahnya. Menjelang petang, Ketika seluruh pekerjaan di rumah tuntas, ia berangkat bergabung bersama rekan setim untuk ikut latihan di Stadion Brawijaya Kediri.
"Semua soal pembibitan ikan lele saya kerjakan sendiri Mas, tanpa bantuan orang lain. Termasuk memberi makan ikan, hingga membersihkan kolam, "ungkapnya.
Kerja kerasnya berbuah manis. Usahanya berkembang dan jumlah ikan lele ternaknya terus bertambah, hingga mencapai kisaran 50 ribu ekor. Pemuda yang akrab disapa Yusuf ini mengaku sebelumnya dirinya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang ternak pembibitan ikan lele. Ia baru tahu setelah diajari oleh temanya dikampung.
Ia mengaku, ternak lelenya bermula dari bonus hadian saat Persik juara Liga 3. Hadiah dari PSSI itu kemudian ia pergunakan untuk bikin kolam di belakang rumahnya. Ia masih ingat kalau itu, modal yang ia keluarkan untuk membangun enam kolam sebesar Rp 13 juta. Selain biaya untuk membangun kolam, dana sebesar itu juga ia pergunakan untuk membeli bibit indukan ikan lele. "Sudah komplit termasuk pembelian induk ikan lele, Mas," ujarnya.
Kendala Hujan
Meski berkembang, ia juga banyak mengalami kendala selama dua tahun beternak lele. Salah satunya adalah peralihan musim. Jika menginjak musim hujan, kadar suhu air kolam menjadi tidak stabil naik turun. Karena tergolong jenis ikannya masih kecil, maka dibutuhkan perawatan khusus terkait kondisi air yang harus terus mengalir. "Karena cuaca, mungkin kalau hujan seperti saat ini, PH air beda beda, naik turun itu yang paling susah. Kalau ikan lele kecil, air harus mengalir terus, itu susahnya. Jelas berdampak Mas, kemungkinan ikan yang ada di dalam kolam banyak yang mati," tuturnya.
Untuk menyiasatinya, agar ikan yang ada di dalam kolam tetap hidup, listrik pompa air harus dibiarkan tetap menyala. Menurutnya, jika ikan lele berusia sekitar satu minggu, masih dibutuhkan perawatan khusus, lain halnya jika sudah menginjak usia tiga minggu, baru dikatakan sudah memiliki ketahanan tubuh yang sangat bagus. "Kalau usia masih satu minggu, itu yang paling rentan Mas, " ucap Yusuf.
Yusuf mengemukakan alasanya kenapa dirinya mau menjalankan ternak pembibitan ikan lele, karena ia menganggap usaha rintisan yang dilakoninya ini sangat prospek. Mumpung usianya masih muda 22 tahun, keahlihan yang dimilikinya itu ia pergunakan untuk mengumpulkan pundi pundi rupiah sebanyak mungkin. Apalagi Yusuf selama ini menjadi tulang punggung keluarganya, setelah ayahnya meninggal.
Ia harus menghidupi ibu dan dua orang adiknya yang masih sekolah di bangku sekolah dasar dan SMA. "Bapak sudah nggak ada Mas, saya menjadi tulang punggung keluarga untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari, " papar Yusuf ditemui di Stadion Brawijaya usai mengikuti latihan bersama tim, Kamis 15 Oktober 2020 petang.
Sepak Bola dan Usaha Sampingan
Ia juga sadar jika profesinya sebagai pemain sepak bola tidak selamanya bisa diandalkan untuk mencari uang. Apalagi kondisi sekarang di masa pandemi, mau tidak mau ia harus banting tulang menciptakan peluang lapangan kerja baru.
"Harus ada usaha lain, main sepak bola paling kuatnya 35 tahun sampai 40 tahun. Tidak mungkin kita mengandalkan dari sepak bola terus. Contohnya saat ini saja, ada pandemic, Liga 1 aja belum jelas, ya itu syukur allhmadulilah ada usaha sampingan yaitu ternak lele, " syukurnya.
Pengalamannya di Persik Kediri selama 4 musim, juga cukup beragam. Di awal tahun 2017 saat itu ia resmi bergabung bersama Persik Kediri di Liga 2. Semusim kemudian, ia harus merasakan kenyataan pahit, dimana klub yang ia perkuat harus terperosok terdegradasi ke Liga 3. Satu musim berikutnya, Persik bangkit berturut turut menjuarai Liga 3 dan Liga 2 hingga sekarang promosi ke Liga 1.
Betah di Persik Kediri
Namun Yusuf mengaku, ia betah sampai empat musim di Persik Kediri, lantaran faktor kedekatan dengan tempat tinggalnya yang ada di Kabupaten Kediri. Di samping itu ia ingin membawa Persik Kediri juara, kembali promosi ke Liga 1 dan keinginannya itu akhirnya terwujud. "Dekat di rumah aja Mas, ayah sudah tidak ada, " ujar pemuda kelahiran 4 Mei 1998 ini.
Yusuf memulai karier profesionalnya disepak bola bersama Persik Kediri. Ia saat itu diajak bergabung dari klub binaan sepak bola Indonesia Muda, oleh mantan sekretaris Umum Persik Kediri mendiang Benardi.
Yusuf kemudian menjalani seleksi di bawah arahan pelatih Dwi Priyo. Karena dirasa memiliki kemampuan mumpuni, ia kemudian direkrut bergabung bersama Septian Satria Bagaskara dan kawan kawan.
Sebagai pemain ia berharap, Liga 1 segera kembali diputar. Karena banyak sekali pemain yang mata pencaharianya bergantung dari sepak bola. "Kalau jadwal Liga 1 sudah jelas, mungkin kami lebih bersemangat, " harap penghobi burung yang dikenal ngeyel saat bermain di lapangan.
Advertisement