Tradisi dan Kesederhanaan di Angkringan AWS
ngopibareng.id – Angkringan mulai akrab dikenal masyarakat, terutama di Jawa. Umumnya Angkringan berupa warung tenda sederhana dengan waktu operasi mulai sore hingga dini hari. Istilah angkringan sendiri sangat identik dengan Jogjakarta, kota asalnya. Kini angkringan semakin mewabah hingga ke kota-kota lain.
Seperti halnya di kota Surabaya, salah satunya adalah ‘Angkringan AWS’. Warung yang mengusung kesederhanaan ini kerap menjadi alternatif tempat nongkrong, karena harga makanannya relatif murah dan merakyat, “sebenarnya kita cari yang sederhana, dan cocok untuk kantong pelanggan,” tutur Muhammad Farid Basuki, pemilik angkringan yang terletak di jalan Gunung Anyar 5a, Surabaya.
Nama Angkringan AWS mempunyai akronim tersendiri. “AWS itu Angkringan Wong Suroboyo, itu ide dari istri saya, karena jual menu-menu angkringan seperti di Jogja, tapi tempatnya di Surabaya,” tukas Muhammad, saat menceritakan asal-usul nama warungnya.
Mesikupan bertempat di Surabaya, namun keramahan, dan kehangatan di angkringan ini menjadi keunikan tersendiri yang coba ditawarkan, tentunya dengan semangat saling menghargai tradisi dan kesederhanaan. Di angkringan ini orang boleh makan sambil tiduran, sambil mengangkat kaki, teriak atau mengeluarkan ocehan-ocehannya.
Dari segi kopi Angkringan AWS mempunyai kopi andalan “kami ada Kopi Robusta, Kopi Arabica, yang spesialnya ya Kopi Areng,” kata Muhammad, saat ditemui reporter ngopibareng.id di angkringannya, ada juga Wedang jahe, Kopi hitam, dan Kopi susu, yang siap menemani malam hingga dini hari menjelang.
Makanan di angkringan ini mulai dari Nasi Kucing, Sate Telur Puyuh, Sate Usus, Sate Kulit, dan masih banyak makanan lain yang bisa mengingatkan anda dengan suasana sederhananya Kota Jogjakarta.
“Kita tetap sediakan minuman dan kopi sachetan, karena lebih murah, dan selera orang kan beda-beda juga,” lanjut Muhammad, (frd)