Tiga Mahasiswa ITS Sulap Kulit Mangga Jadi Bahan Antikorosi
Korosi kerap menjadi permasalahan utama bagi setiap industri, khususnya industri makanan kaleng. Terbentuknya endapan cokelat yang menempel pada logam ini, akan berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Hal itu dikarenakan korosi mengandung senyawa logam berat yang dapat merusak sel dan jaringan pada tubuh makhluk hidup.
Beranjak dari kondisi itu, tiga mahasiswa dari Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil memanfaatkan kulit mangga sebagai bahan pencegah korosi pada kaleng makanan. Ketiganya adalah Ahnaf, Hafildatur Rosyidah dan Dwi Jayanti Putri di bawah bimbingan Dra Harmami MS.
Mereka menganggap mangga sebagai buah yang memiliki produksi terbesar di wilayah tropis seperti Indonesia. Tiap tahun, petani berhasil memanen hampir satu juta ton buah mangga. Melimpahnya buah mangga ini, menyebabkan limbah kulitnya juga semakin banyak. "Sayang, jika kulit buah ini dibuang dan tidak dimanfaatkan, ujar ketua tim, Ahnaf.
Menurutnya, kulit buah mangga mengandung senyawa antioksidan yang memiliki daya inhibisi (hambatan) untuk mencegah timbulnya korosi. Proses awalnya, kulit buah mangga ini dikeringkan di bawah sinar matahari selama dua hari, kemudian diblender menjadi bubuk dan diekstrak dengan metode refluks atau metode ektraksi cara panas (membutuhkan pemanasan pada prosesnya).
Prinsip dari metode refluks itu yakni dengan melakukan pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pendinginan, jelas Ahnaf.
Dalam penelitiannya pun, sebanyak 75 gram kulit buah mangga menghasilkan 280 mililiter ekstrak atau bahan pencegah korosi. Kemudian, ekstrak itu dicampur ke dalam larutan korosif. Larutan korosif dibuat dari larutan kimia natrium klorida yang berguna sebagai uji korosi pada tin plate, jenis logam dari kaleng makanan. Logam tin plate diteliti oleh tim mengandung baja karbon yang terlapisi timah murni pada kedua sisinya.
Timah inilah yang mampu terdegradasi dan menjadi korosi ketika bereaksi dengan zat pengawet dalam makanan kaleng tersebut. "Zat pengawet makanan biasanya mengandung natrium klorida, oleh sebab itu, kami menggunakan natrium klorida sebagai larutan uji korosi," ujar mahasiswa semester tiga ini.
Menurut anggota tim lainnya, Hafildatur Rosyidah, jika timah telah terdegradasi dari logam tin plate pada kaleng, maka timah akan bercampur dengan makanan yang ada di dalam kaleng itu. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan jika ikut terkonsumsi.
Pencampuran ekstrak pencegah korosi saat proses pembuatan kaleng makanan, dibuktikan oleh tim mampu mencegah timbulnya korosi dan degradasi timah dari tin plate. Dari hasil pengujiannya, menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi sebesar 80 persen. Artinya, sebanyak 80 persen kandungan timah dalam kaleng makanan tidak akan terjadi korosi dan degradasi selama pengemasan.
Melalui inovasi ini pun, Hafildatur berharap ekstrak antikorosi dari kulit buah mangga buatan timnya ini bisa digunakan oleh industri makanan kaleng. "Bermanfaat bagi masyarakat adalah salah satu tujuan kami untuk melakukan penilitian ini," jelasnya
Alhasil, tim juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menunjukkan inovasinya ini ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-31 pada Agustus mendatang di Yogyakarta. Dalam persaingan di bidang penelitian ini, diharapkan tim juga mampu menjadi juara di ajang lomba tersebut. (amm)