Kelompok Tani Wanita Produksi Nasi Tiwul Khas Lereng Wilis
Tiwul menjadi salah satu pilihan makanan alternatif bagi warga yang tinggal di lereng kaki Gunung Wilis, Kediri. Biasanya makanan berbahan ketela ini dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Tak heran apabila banyak masyarakat yang menyebutnya dengan sebutan nasi tiwul.
Disebut nasi tiwul karena bentuknya sepintas mirip dengan nasi, perbedaannya hanya terletak pada rasa dan warna saja.
Karena sudah menjadi kebutuhan, sejumlah kelompok petani tanaman organik di Dusun Sekar Putih, Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, ini kemudian membuat dan memproduksi nasi tiwul dalam kemasan ukuran 1 kg. Nasi tiwul sekar putih ini dijual per kilogramnya Rp10.000.
Diceritakan Poniyem, salah satu anggota Kelompok Tani Wanita Sri Kandi, nasi tiwul ini sudah ada sejak dirinya masih kecil. Dulu nasi tiwul biasa dikonsumsi dengan cara dioplos dimasak dengan beras. Namun dalam perkembangannya, nasi tiwul bisa dimasak terpisah.
"Nasi tiwul sangat baik untuk kesehatan karena bisa mencegah kolesterol dan diabetes. Kalau organik kan tanamannya alami, berbeda dengan beras. Kalau terlalu banyak konsumsi beras bisa kena diabetes," terang Poniyem.
Ketela merupakan bahan dasar untuk membuat nasi tiwul. Biasanya ketela hanya bisa dipanen setiap satu tahun sekali.
Poniyem menjelaskan, untuk membuat nasi tiwul dibutuhkan beberapa proses, pertama mulai dari ketela harus dikupas terlebih dahulu, kemudian dijemur di luar pada terik matahari.
Setelah kering, direndam dengan air, lalu jadi gatot. Kemudian diselep dan digiling, hingga dimasak menjadi nasi tiwul.
Selama produksi, kelompok tani wanita Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri ini tidak berani membuat nasi tiwul kemasan dalam jumlah banyak, karena terkendala pemasaran.
Menurut Poniyem produksi nasi tiwul kemasan dijual sebatas seputar wilayah Kecamatan Semen dan wilayah Kabupaten Kediri lainnya. Namun ke depan ia berharap Pemerintah Daerah bisa ikut membantu memasarkan sejumlah produk petani organik yang sudah ada sekarang ini.
"Bisa membantu penjualannya, paling penting juga pembinaan bagi petani organik, agar bisa berkembang," harapnya kepada pemerintah.
Advertisement