Sesap Robusta ala Warkop Ramonez
ngopibareng.id – Sejarah musik mencatat, Ramonez (Ramones *red) jadi salah satu band punk era awal yang digandrungi anak muda Amerika kala itu. Nama itulah yang dipilih oleh Rachmat Setioso untuk warung kopinya yang juga digandrungi oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pekerja.
“Nama Ramonez sebenarnya saya pinjam dari pemilik warung yang dulu, dia memang menggemari band Ramones, namun karena ia pindah usaha, karena sudah banyak yang kenal Ramonez, akhirnya saya teruskan dan ijin buat make nama itu” ucap Rachmat, yang juga akrab disapa Bos Mat ini.
Tampak depan warung Ramonez ini memiliki area parkir yang cukup luas, ini memudahkan akses pelanggan yang datang agar tak kesusahan menaruh kendaraannya. Bangunan warkop ini tak terlalu luas, sanggup menampung pelanggan hingga 70-an orang. Meskipun selalu dipadati pengunjung namun kesan ‘Sumpek’ ini tak dirasakan saat ngopi di warung yang buka 24 jam ini.
Bagian dalam warkop ini terlihat unik, berhias bingkai kutipan-kutipan bernuansa seni kontemporer, salah satunya kalimat ‘Ngopi, Rokok’an Ngomong’. adanya kalimat tersebut membuat Ramonez berbeda dari warkop-warkop yang menjamur belakangan. Kalimat itu bermaksud sindiran. Rachmat memang sengaja tidak menyediakan fasilitas wi-fi, Ia ingin mengembalikan budaya interaksi saat ngopi yang jauh dari gadget.
Ramonez berdiri sejak 2007 ini pada awalnya berupa warung makan prasmanan, namun semenjak pindah kepemilikan tahun 2012 berubah menjadi warung tempat minum yang menyediakan kopi-kopi instan.
Hingga pada 2014, Rachmat memutuskan menggeluti dunia kopi. Ia mulai menjajakan kopi asli tanpa campuran. Adalah kopi ‘Cak Ri’ yang jadi pilihannya, terbukti baru setahun Ia menjajal kopi Cak Ri, pangsa pasar yang sebelumnya mengkonsumsi kopi instan kini mulai bergeser, dan lebih menyukai kopi robusta asli Gresik tersebut “Rasanya enak, Dia tidak berubah sejak 30 tahun yang lalu,” ujar Rachmat, sembari menyeruput kopinya. “dan menurut pelanggan tetap kopi Cak Ri ini, dia bilang ya kopinya Bapak ya gini ini, mas, sejak dulu,” tambah Rachmat.
Menggunakan kopi Cak Ri ini bukan tanpa alasan, dalam proses pemilihan, ia melakukan survei kebanyak tempat yang menjajakan kopi “Saya memilih kopi Cak Ri ini karena juga banyak yang menjualnya. Di Jogja ada, di Malang ada, di Tuban juga ada, nah karena banyak yang menggemari, saya ingin menjualnya di Surabaya,” tukas Rachmat.
Menurut Rahmat, dalam sehari bisa saja 500 orang datang bergantian untuk ngopi di warkop ini, dan primadonanya adalah kopi Cak Ri, sekitar 60% pengunjung yang datang selalu memesannya. Salah satunya adalah Alif Rizki “Kopi Cak Ri ini punya citarasa sendiri, kalo kopi sachetan ya rasanya gitu-gitu aja, monoton, Saya sih suka kopi pait, kopi item, kalo lagi pengen kopi susu pun gak pake gula lagi,” cerita pelanggan setia warkop Romenez ini.
Menggunakan metode Manual Brew (diseduh tanpa menggunakan mesin), kopi Cak Ri disajikan dalam cangkir keramik berukuran kecil. Rachmat punya julukan unik untuk kopinya. “Ngimcil, artinya ngopi gelas kecil,” tukas Rachmat.
Secangkir kecil kopi Cak Ri ini dipatok dengan harga Rp. 3000. Jika anda ingin menikmati citarasa robusta dan nuansa warung kopi tanpa gangguan gadget, tak ada salahnya bila anda datang ke Jalan Raya Menur no. 22, Surabaya. (frd)