Pengusaha Kopi Luwak Kesulitan Mendapatkan Luwak di Bali
ngopibareng.id – Kopi luwak yang dihasilkan dari kotoran luwak (binatang liar sejenis musang) sangat digemari karena memiliki cita rasa unik. Berbeda dengan cita rasa kopi biasa, meski dihasilkan dari pohon yang sama.
Namun, sebenarnya produksi kopi luwak masih sangat terbatas. Jangan heran kalau harga dari kopi luwak ini bisa sangat tinggi. Di Indonesia sendiri terdapat dua jenis kopi luwak, kopi luwak robusta dan kopi luwak arabika. Dalam hal ini, keberadaan musang (luwak) di Bali sendiri disebut dengan nama lubak, yang belakangan ini mulai langka.
Terbukti, pengusaha kopi luwak di bumi sejuk Bangli ini kesulitan untuk mendapatkan luwak. Untuk memenuhi kebutuhan luwak, mereka terpaksa mendatangkan luwak dari luar daerah, seperti dari Bondowoso dan daerah lainnya di Jawa Timur.
“Belakangan ini kita mulai kesulitan dapatkan luwak, kalau pun ada luwak lokal harganya lebih mahal ketimbang luwak asal luar Bali,”ungkap I Wayan Jamin, salah seorang pengusaha kopi luwak di Dusun Landih, Bangli, disadur dari Pos Bali Online, Rabu (27/7).
Untuk menghasilkan kopi luwak saat panen kopi seperti sekarang, pihaknya terpaksa mendatangkan luwak dari luar Bali. Luwak luar Bali memiliki sejumlah keunggulan, seperti tubuh lebih besar dan panjang, lebih rakus sehingga produksi lebih banyak. “Harganya juga lebih murah berkisar antara Rp 150 ribu/ekor. Sementara luwak Bali harganya mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu/ekor,”jelasnya.
Dari Satu luwak bisa menghasilkan sekitar lima kilogram kopi. Pasalnya, mereka terkesan dipaksa untuk memakan kopi itu. Namun, dengan cara ini kualitasnya agak kurang ketimbang luwak yang diliarkan.
“Kebanyakan pengusaha kopi luwak memilih cara mengandangkan, karena produksi lebih banyak,” paparnya.
Dengan cara ini, produksi kopi luwak jauh lebih kecil. Per ekor paling bisa menghasilan setengah hingga satu kilogram kopi bijian. “Risiko lain, luwak sering lompat pagar dan hilang,” tuturnya. (hrs)