Siswa Korea Belajar Buat Kue Putu Kepada Siswa SMP Surabaya
Sekitar 14 siswa luar negeri dari Daejeo Mid/High School Busan Metropolitan City sedang asik belajar membuat kue bersama siswa SMP Muhammadiyah 5 Surabaya, Selasa, 15 Januari 2019.
Pantauan ngopibareng.id siswa Korea sedang memperhatikan tutorial membuat kue Putu yang dimasukan ke dalam cetakan berupa bambu. Kemudian bambu tersebut diuapkan dengan kompor yang ada dalam gerobak hingga matang.
Saat penguapan inilah ada bunyi 'tutttttt' ciri khas dari kue putu.
Dengan mengenakan busana khas daerah Surabaya yakni blangkon dan selempang yang juga sebagai pengenalan terhadap budaya Jawa, khususnya Surabaya.
Oh Jua, salah satu siswa asal Korea program bertukaran pelajar ini mengaku sangat senang dengan acara ini dan antusias dalam mengikuti pembuatan kue khas Surabaya.
"Saya familiar dengan kue ini, karena di Korea juga ada. Rasanya enak. Tapi saya tidak suka dengan kelapa," kata siswa kelas 8 ini.
Sementara Encik Hendarsyah, guru Kesenian SMP Muhammadiyah 5 yang juga guru pendamping mengatakan, acara ini merupakan bagian dari program pertukaran pelajar SMP Muhamamdiyah 5 Surabaya dengan Daejeo Mid/High School Busan, Korea.
"Mereka sudah 4 hari di sini. Sebelumnya para pelajar Korea ini juga belajar tari Remo, tapak suci, Bahasa Indonesia dan juga membuat kue putu," kata Encik.
Ditambahkan Encik, alasan memilih membuat kue Putu ini karena kue ini memiliki kemiripan dengan kue yang ada di Korea bernama Baekseolgi Tteok. Bedanya kue ini tidak mengunakan bahan kelapa.
"Alasan lain, Korea termasuk negara yang mengutamakan higienis tinggi soal makanannya. Jadi kita juga harus perhatikan itu. Waktu kami sodorkan Putu, mereka tidak masalah dengan kebersihannya," ujar Encik yang juga guru kesenian ini.
Ditambahkan Encik, berdasarkan sejarah kue Putu sudah dikenal di China pada dinasti Ming sekitar era tahun 1200 atau abad 12. Kue Putu dikenal dengan sebutan Xian Roe Xiao Long yang berarti kue dari tepung beras berisi kacang hijau dan dimasak dalam cetakan bambu.
Seiring berjalannya, waktu kue ini kemudian menyebar ke seluruh Asia, termasuk ke dataran semenanjung Korea hingga ke tanah Jawa. Di Jawa, dikenal dengan kue Putu.
"Jadi dengan belajar membuat kue putu, para pelajar Indonesia-Korea telah belajar sejarah kuliner Asia dan Jawa dimana di dalamnya terkandung makna persamaan serta kesatuan satu benua lewat kuliner," katanya.
Encik berharap serangkaian kegiatan ini akan semakin menjalin kedekatan antara SMP Muhammadiyah dan Daejeo, dimana program ini sudah berjalan hampir 7 tahun ini.
"Supaya anak lebih dekat dan bisa bertukar pengalaman satu sama lain, karena siswa Korea ini dua hari sebelumnya tinggal bersama House Family (rumah keluarga siswa Muhammadiyah) untuk diajak mengenal lebih dekat dengan Surabaya," kata Encik.(pts)