Pakar Hukum Unair Sesalkan Ormas Main Hakim Sendiri
Peneliti Human Rights Law Studies (HRLS) yang juga Dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Haidar Adam menyesalkan aksi main hakim sendiri tanpa cek kebenaran di lapangan massa pendemo asrama mahasiswa Papua di Kalasan, Surabaya.
Aksi massa yang menggeruduk asrama tersebut dipicu kabar pengrusakan bendera merah putih oleh mahasiswa yang Papua.
Menurutnya, kabar yang tersebar di media sosial harus diverifikasi. "Isu tentang pembuangan bendera merah putih ke selokan harusnya diverifkasi kebenarannya, sebelum bertindak," kata Adam kepada ngopibareng.id, Rabu 21 Agustus 2019.
Ia menyesalkan, aksi massa yang main hakim sendiri. Apalagi sampai mengeluarkan kata-kata rasis.
Menurut Haidar, kata-kata rasis ini melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia dan melanggar prinsip anti diskrimansi.
"Tentu itu sangat merendahkan. Kalau dikemudian ternyata yang melakukan adalah aparat penegak hukum, sangat disayangkan sekali," katanya.
Menurut Adam, seharusnya aparat penegak hukum menjadi penengah dan melindungi masyarakat, bukan malah ikut-ikutan. Apalagi sampai mengeluarkan kata-kata rasis.
"Saya juga sayangkan, keterlibatan ormas-ormas tanpa verifikasi kebenaran kabar dari media sosial itu," katanya.
Menurutnya, ormas-ormas ini kurang melek terhadap media literasi, sehingga ketika menerima informasi yang diragukan kebenarnya langsung ditelan mentah-mentah.
“Itu keprihatianan kami. Mereka kurang memahami media literasi, sehingga tidak bisa membedakan mana berita yang benar dan bohong," katanya.
Adam takut reaksi berlebihan ormas-ormas di Surabaya, bisa menjadi pemicu hal yang sama di daerah lain. "Ini bisa ditiru di daerah lain. Saya takut semakin memperkeruh suasana," katanya.
Maka dari itu, Haidar berharap permasalahan ini bisa cepat diselesaikan dengan damai dan hati yang lapang. Sehingga tidak mengganggu stabilitas dan mahasiswa Papua yang menimba ilmu di Surabaya bisa lebih tenang.