Menikmati Kopi Joss Lik Man di Yogyakarta
ngopibareng.id – Menelusuri malam di Yogyakarta, bisa ditutup dengan segelas Kopi Joss legendaris dari angkringan Lik Man. Wangi, rasa, dan cara pembuatannya begitu unik, tiada dua di Indonesia.
Beragam sajian khas angkringan ditata di atas bakul pikul yang menjadi daya tarik tempat ini. Pikulan ini dulu yang menjadi alat berjualan Mbah Pairo, perintis angkringan Lik Man. Angkringan yang sudah ada sejak tahun 1960-an ini. Letaknya berada di sebelah utara Stasiun Tugu Yogyakarta dan bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki dari Jalan Malioboro.
“Dulu simbah jualan minuman keliling, kopi sama teh. Aslinya Klaten. Tahun 1965 baru diwariskan ke Bapak (Lik Man) terus menetap di sini,” tutur putra semata wayang Lik Man, Kobar (43) yang dikutip CNN indonesia. Di sepanjang Jalan Wongsodirdjan yang sempit ini tak hanya Lik Man, ada beberapa angkringan lain yang juga ramai pengunjung. Tapi memang KopiJoss pertama kali diperkenalkan oleh sosok Lik Man.
“Dulu Bapak buatnya kopi klotok (merebus kopi) pakai kaleng. Tapi Bapak punya ide untuk memasukkan mawa (arang yang membara) biar lebih matang lagi kopinya,” ujarnya. Bangku panjang disediakan tepat di hadapan Kobar, sehingga pengunjung bisa duduk, menyaksikan kopinya diracik, sambil mengobrol dengannya.
Kobar meneruskan usaha sang ayah sejak tahun 2008. Kala itu Lik Man memutuskan pensiun meracik kopi dan memilih bertani di kampung halamannya, Klaten. Sedangkan nama Joss diceritakan Kobar, diberikan oleh pelanggan-pelanggan setia angkringan Lik Man. Suara khas saat arang yang membara bertemu dengan seduhan kopi panas serta rasanya yang berani sehingga pas dinamai Kopi Joss.
“Racikan saya kendel (berani),” kata Kobar sambil tersenyum lebar dikutip dari Detik.com.
Angkringan Lik Man buka mulai pukul 14.00- 02.00 WIB. Semakin malam, suasana akan semakin ramai seperti siang. Jalanan yang sempit sesekali tersendat oleh mobil-mobil pengunjung. Namun tak perlu khawatir kehabisan tempat duduk, trotoar sepanjang sekitar 50 meter yang sudah dialasi tikar siap menjadi tempat ngobrol santai menghabiskan malam.
Selain Kopi Joss, beragam jenis minuman disediakan di angkringan ini mulai dari teh manis kental, susu jahe, hingga wedang tape. Beraneka macam makanan khas angkringan antara lain nasi kucing, berbagai sate mulai dari ayam, kerang, keong, telur puyuh, dan usus ayam pas menjadi teman ngobrol sampai larut.
Harganya yang merakyat membuat angkringan ini memiliki pelanggan dari berbagai kalangan. Kobar bercerita, pada tahun 1960-an hingga 1990-an, pelanggan kopinya lebih banyak tukang becak yang sehari-hari mangkal di Malioboro atau pegawai Stasiun Tugu. Bicara soal harga, teh manis panas harganya Rp 2.000, susu jahe Rp 5.000, nasi kucing Rp 2.000, beraneka ragam sate harganya antara Rp 2.000 dan Rp 3.000, sedangkan macam-macam gorengan Rp 500 hingga Rp 1.000.
“Tapi 2000-an mulai banyak mahasiswa berkelompok. Baru belakangan ini sudah lebih banyak wisatawan yang dari luar kota,” imbuhnya. Tak hanya wisatawan domestik, Kobar bercerita, tak jarang dia kedatangan tamu dari luar negeri yang sengaja mencari Kopi Joss Lik Man. “Ada yang dari Singapura, katanya kopi Joss di sana banyak dibicarakan,” kata Kobar.
Beberapa tokoh, artis, dan seniman juga menjadi pelanggan kopi Joss ini hingga sekarang. Sebut saja Djaduk Ferianto, Ikang Fauzi, personel Band Letto, Bambang Trihatmodjo, dan seniman-seminam Yogyakarta lainnya kerap tampak lesehan menikmati kopi di sini. Tak sekedar kopi dengan rasa yang berani, Kobar mengatakan kopi Joss bisa menyegarkan badan yang sedang lelah dan menyembuhkan masuk angin. Seorang pengunjung yang berasal dari Garut, Rizma (24) mengaku menikmati kopi Joss yang diseruputnya malam itu. Ini merupakan Kopi Joss pertamanya.
“Baru sekali ini minum Kopi Joss. Enak, wanginya enak, manisnya pas. Dan saya takjub melihat proses bikinnya. Dan suasana di sini Yogyakarta sekali,” kata Rizma sambil tersenyum lebar. Selain wisatawan, Kobar juga sering kedatangan pelanggan-pelanggan lamanya yang ingin bernostalgia. Bahkan, ada komunitas konco lawas Angkringan Lik Man. Salah seorang pegawai Angkringan Lik Man, Afianto (30) bercerita komunitas yang sudah beranggotakan 80 orang ini rutin bertemu, arisan, dan ngopi di angkringan Lik Man setiap Minggu malam. “Ya tidak datang semuanya, kadang banyak yang titip (arisan) karena tidak semua tinggal di Yogya,” kata pria yang akrab disapa Ayam ini. (wsn)
Advertisement