Mahasiswa ITS Ciptakan Energi Baru dari Limbah Tetes Tebu
Cadangan minyak bumi di Indonesia hanya mampu bertahan selama 21 tahun mendatang. Sehingga dibutuhkan inovasi energi alternatif baru untuk dapat mengatasi masalah keterbatasan minyak ini.
Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dari Departemen Teknik Kimia ITS menciptakan energi terbarukan dari bahan tetes tebu. Ketiga mahasiswa itu adalah Martiana Nugraeny, Tri Wahyuning Eka Purnama Sari, dan Chandra Adiwijaya.
Limbah tetes tebu (molases) diolah menjadi energi alternatif baru. Limbah molases dengan reaktor dual chamber Microbial Fuel Cells (MFCs) sistem resirkulasi kontinyu agar dapat menghasilkan energi.
Kepada wartawan Tri Wahyuning Eka Purnama Sari menjelaskan, pemanfaatan limbah molases di Indonesia sangat minim. Dimana, tiap hektare lahan tebu mampu menghasilkan molases sebanyak 10 hingga 15 ton. Limbah inilah yang memiliki kandungan selulosa yang tinggi. "Selulosa merupakan sumber biomassa terbarukan," ungkapnya.
Ia juga menambahkan perihal bahaya limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) seperti krom. Logam berat krom sering dijumpai di lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di industri.
"Krom merupakan limbah B3 dengan daya racun tinggi yang dapat membahayakan kesehatan manusia," tambahnya.
Melihat kedua masalah tersebut, Tri menawarkan sebuah inovasi ide MFCs sistem resirkulasi kontinyu sebagai solusi. "MFCs merupakan fuel cell berbasis biologi yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan bantuan reaksi katalitik mikroorganisme," jelasnya.
Teknologi yang digunakan ini, memanfaatkan limbah molases dan limbah logam berat sebagai sumber energi alternatif. MFCs ini terdiri dari dua tabung pengembang (chamber) yaitu anoda dan katoda. Dalam chamber anoda, diisi dengan limbah molases dan bakteri.
"Sedangkan pada chamber katoda diisi dengan limbah logam berat Cr6+," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan, metabolisme yang terjadi pada chamber anoda akan menghasilkan listrik. "Selain menghasilkan listrik, MFCs ini juga dapat mereduksi limbah logam Cr (VI) serta mengurangi nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand, red) pada limbah molases," ujarnya. (amm/wit)
Advertisement