Kopi Karo Tahan Gangguan Abu Vulkanik
ngopibareng.id – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asal Amerika Serikat, Lutheran World Relief, menggelar acara bertajuk Temu Kopi di Grand Swiss Bel Hotel Medan, Rabu (2/11).
Acara ini dihadiri berbagai petani, unit koperasi, dan pengusaha kopi di Sumut dan Flores. Satu di antaranya yakni koperasi yang menangani budidaya Kopi Karo bernama Koperasi Serba Usaha Kasih Karunia Kabanjahe.
Ketua Koperasi Serba Usaha Kasih Karunia Kabanjahe yang juga merupakan Ketua Pemberdayaan Petani Kopi Karo, I Ketut Putrayasa menyebutkan bahwa Kopi Karo telah ada sejak zaman Belanda. Popularitas Kopi Karo turun setelah masyarakat Karo lebih memilih menanam jeruk dan sayur dari pada kopi.
“Merasa tersanjung Kopi Karo dapat dinikmati saudara di sini. Sebenarnya Kopi Karo sudah terkenal sejak zaman Belanda, dan misi utama kami saat ini memperkenalkannya lagi,” kata Ketut, dikutip dari laman tribunnews.com.
Ia mengklaim bahwa Kopi Karo memiliki cita rasa yang berbeda dari kopi daerah lain. Walau demikian, ia mengakui bahwa secara fisik, green bean Kopi Karo tak berbeda dari kopi pada umumnya.
“Ditanam di kawasan gunung berapi dengan ketinggian 1.450 Mdpl membuat kopi ini punya rasa yang unik. Ada karbon aktif yang diperoleh tanaman kopi yang menambah cita rasa buah,” sambungnya. Ketut menyebutkan, pihaknya telah membina delapan kelompok tani, dengan luas perkebunan kopi sekitar 20 persen dari luas lahan pertanian dan perkebunan yang ada.
“Sudah mulai populer tapi masih kurang kalau dibandingkan dengan di Aceh dan daerah lain. Sekarang permintaan Kopi Karo perlahan mulai meningkat. Kopi punya nilai ekonomis yang tinggi di pasar internasional. Kami akan terus kembangkan,” jelas Ketut.
Tanaman kopinya diklaim menjadi tanaman yang tahan terhadap Abu Vulkanik Gunung Sinabung. Menilik hal ini, ia menyarankan masyarakat Karo untuk beralih ke budidaya kopi. Ketut menceritakan, untuk memeperoleh hasil kopi yang maksimal, pihaknya kerap mendampingi para petani dalam proses panen, penjemuran, hingga penggorengan.
Di proses penggorengan pihaknya bekerjasama dengan PT Sumatra Ditanta Persada. “Kita selalu mendampingi, kita tidak akan beli kopi kalau bukan dari petani binaan kita. Setelah kopi dijemur akan kita berikan ke PT Sumatra Ditanta Persada untuk di-roasting. Kualitasnya benar-benar kita jaga, ini yang akan memberikan rasa yang istimewa,” sambungnya.
Proses pendampingan petani Kopi Karo dimulai pada 2014. Ketut menungkapkan, pada 2015, penikmat Kopi Karo sudah mulai melonjak naik. “Kita sudah pernah bawa Kopi Karo tes rasa ke London, Vietnam, dan Amerika. Semua mengatakan Kopi Karo enak. Mereka bilang kopi ini kental dengan rasa buah,” jelas Ketut.
Seiring meningkatkan jumlah penikmat Kopi Karo, harganya juga mulai merangkak naik. Untuk 1 kg roasting dipasok dengan harga Rp 280 ribu. (frd)