Kembangkan Madura Sentra Industri Garam, MoU BKNU-UT
Badan Kemaritiman Nahdlatul Ulama (BKNU) PWNU Jatim dibentuk khusus untuk mengeksplorasi potensi-potensi kemaritiman di Jatim.
"Garis pantai yang panjang di Jatim selama ini belum kami sentuh. NU siap berpartisipasi aktif dari tingkatan bawah hingga atas," kata Wakil Bendahara PWNU Jawa Timur H Abdul Wachid Mahfudz.
Ia menegaskan ha itu, saaat penandatanganan Nota Kesapahaman Kerjasama dan Forum Group Discussion (FGD) antara Pengembangan Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Garam oleh Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan Badan Kemaritiman Nahdlatul Ulama (BKNU) PWNU Jatim. Itu terkait Pengembangan Kawasan Khusus Garam di Lantai X Gedung Rektorat UTM, Senin 8 April 2019.
Kesempatan tersebut dihadiri Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Prof Sjarief Widjaya, Wakil Gubernur Jatim Dr Emil Dardak, dan Rektor UTM Drs EC Muh Syarif Msi.
Selain itu, hadir pula sejumlah pimpinan dari empat pemda di Madura, perwakilan Bakorwil Madura, dan sejumlah akademisi.
"Kami akan siapkan perusahaan besar agar bisa menyerap, mengolah, dan memasarkan garam masyarakat," tutur Gus Wachid.
Gus Wachid Mahfudz, panggilan akrabnya, menjelaskan, kesepakatan dengan UTM diharapkan mampu mensinergikan himpunan pengusaha NU yang saat ini masih bersifat parsial.
"Kami akan siapkan perusahaan besar agar bisa menyerap, mengolah, dan memasarkan garam masyarakat," tuturnya.
Rektor UTM Dr Drs EC Muh Syarif Msi mengatakan, pihaknya telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan UGM, Suzukatsu Co., Ltd, dan PT Anta Tirta Karisma beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Wakil Gubernur Dr Emil Dardak menyatakan, berdasarkan sejarah terbentuknya, NU memang sudah seharusnya berpartispasi memajukan Madura.
"Jadi selain ada akademisi, pengusaha, masyarakat, dan media, saat ini ditambahkan para kiai dalam pertahelik," ujarnya.
Ia menegaskan, Pemprov Jatim mendukung sepenuhnya penerapan teknologi terbaik guna peningkatan produksi dan kualitas garam di Madura.
"Tentu saja teknologi yang bisa bersinergi dengan masyarakat. Kami akan kawal PUI Garam di Madura," tegasnya.
Menurut Emil, saat ini pihaknya mulai membahas regulasi-regulasi yang berlaku terkait kebijakan impor garam.
Pengawasan dengan sistem bottom-up atau dari masyarakat dan petambak garam, lanjutnya, sangatm diperlukan.
"Seperti perijinan (impor) di bulan apa? Jangan malah diguyur saat petambak sedang panen. Harus dipantau peredaran yang tak sesuai aturan," pungkasnya.
Kepala BRSDM KKP Prof Sjarief Widjaya mengapresiasi kerjasama BKNU dan UTM dalam upaya mengembangkan Madura sebagai sentra industri garam.
"Semoga dalam FGD ini mampu menghasilkan master plan untuk pengembangan garam, baik hulu maupun hilir," harapnya.
a mengatakan, Indonesia pernah mampu swasembada garam untuk komsumsi selama tiga tahun sejak 2013 hingga 2015.
"Namun pada 2016, produksi garam komsumsi menurun karena cuaca," katanya.
Dengan keberadaan KST Garam UTM, lanjut Prof Sjarief, sudah saatnya tidak lagi membicarakan volume garam. Melainkan peningkatan kualitas kebutuhan garam nasional.
"Tantangan sekarang, mampukah mulai memproduksi untuk kepentingan garam industri?," ujarnya.
Kebutuhan garam nasional saat ini berkisar pada angka 4 juta ton. Dengan rincian 1,9 juta ton garam komsumsi dan 2,1 ton garam industri.
Ia menambahkan, jika bahan baku sudah jadi, BRSDM KKP akan dorong ke proses kurivikasi, yodiumisasi, hingga ke produk-produk turunan.
"Mari kembangkan sentra garam ala Madura. Kami bisa arahkan kerjasama dengan pihak farmasi ataupun pihak lain," tuturnya.
Laboratorium garam di lingkungan Kampus UTM sukses mengembangkan inovasi garam yang sudah diprototipe menjadi Garam Pangan dan Garam Non-Pangan.
Inovasi produksi Garam Pangan meliputi garam healthy kaya mineral. Hasil fortifikasi garam dengan ekstrak kelor, alga laut, rumput laut, dan flora fauna laut.
Sedangkan inovasi produksi Garam Non-Pangan yang berhasil diprototipe antara lain garam lifestyle. Hasil purifikasi untuk garam kecantikan, spa dan sauna, garam industri, garam farmasi, dan garam analisis.
Sukses itu lantas menjadikan UTM sebagai Kampus PUI Garam oleh Direktorat Kelembagaan Kemenristek Dikti pada November 2017. Diharapkan, UTM mampu menjadi solusi dari berbagai permasalahan kebutuhan garam nasional.
Saat ini, kampus negeri yang berlokasi di Desa Telang Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan itu telah memiliki Laboratorium Lapang Pusat Unggulan Iptek (PUI) Garam yang ditempatkan di Desa Padelegen Kecamatan Pademewu Kabupaten Pamekasan.
Pembangunanan Laboratorium Lapang PUI Garam di Kabupaten Pamekasan itu sebagai upaya pengembangan knowledge development, technology development, dan business development.(adi)