Kelompok Perusak Agama dan Bangsa, Ternyata Begini Modusnya
KH Ahmad Muwafiq mengungkapkan, salah satu cara pihak lain merusak Islam di era saat ini adalah dengan menghilangkan kepercayaan umat pada pemimpinnya.
Padahal, menurut Gus Muwafiq, panggilan akrabnya, Islam tidak bisa berkembang tanpa kekuatan. Tidak ada kekuatan tanpa jamaah dan tidak ada jamaah tanpa pemimpin. Sementara tidak ada pemimpin tanpa adanya ketaatan. Sehari tanpa pemimpin lebih bahaya dari 1000 tahun dipimpin orang dzalim.
"Cara menghancurkan Islam, dihajar terus para pemimpinnya sampai orang tidak percaya sama pemimpin itu. Dan akhirnya pemimpin tersebut dijatuhkan dan diganti pemimpin yang asal-asalan," kata Gus Muwafiq, dikutip ngopibareng.id, Senin 21 Januari 2019.
Fenomena menghilangkan wibawa pemimpin ini juga terjadi dan menyasar para pemimpin bangsa. Semua pejabat negara yang memiliki wewenang mengambil keputusan selalu disalahkan".
Sosok yang pernah menjadi asisten pribadi Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid ini mengungkapkan juga bahwa kini banyak yang ingin menghilangkan wibawa pemimpin.
Contohnya beberapa tokoh Nahdlatul Ulama dan pemimpin pesantren di Indonesia diserang bertubi-tubi lewat media sosial dengan kata-kata makian, kata kasar, dan meme yang menghina tokoh tersebut.
"Maka jangan heran, kalau ada kiai yang bisa memimpin umat langsung diserang. Itu memang sudah direncanakan. Dipimpin Kiai Said Aqil Siroj protes, dipimpin KH Solahuddin Wahid protes," ujar Gus Muwafiq, yang belum lama ini berkunjungke Pesantren Tebuireng Jombang.
Fenomena menghilangkan wibawa pemimpin ini juga terjadi dan menyasar para pemimpin bangsa. Semua pejabat negara yang memiliki wewenang mengambil keputusan selalu disalahkan. Apapun yang dilakukan tidak ada yang benar dimata orang yang tidak mau dipimpin ini. Semua salah bila tak sesuai dengan keinginan mereka.
"Kalau manusia sudah tidak mau dipimpin maka kacau. Presiden juga disalahkan, tentara disalahkan, polisi disalahkan, tidak ada benarnya. KPU salah, apa-apa salah. Bikin jalan tol salah. Tidak bikin juga salah. Freeport diambil salah, tidak diambil salah,” ungkapnya.
"Memang Imaroh (kepemimpinan) dihajar untuk merusak sebuah bangsa. Nanti bila sudah tidak ada pemimpin lagi maka disiapkan pemimpin baru versi mereka," beber alumni Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Semua penjelasan ini disampaikan Gus Muwafiq saat mengisi pengajian di Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pengajian dalam rangka Maulid Nabi ini juga merupakan acara penutup dari Festival Da'i Nasional yang dilaksakan oleh Kumpulan Da'i Tebuireng (Kudaireng). (adi)
Advertisement