Halal Bihalal, Tak Ada Dalilnya? Begini Asbabul Wurudnya
Halal Bihalal menjadi tradisi masyarakat Islam di Indonesia, terkait hari raya Idul Fitri. Faktanya, Halal Bihalal merupakan istilah yang dimunculkan KH Abdul Wahab Hasbullah, salah seorang di antara pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Ada yang meragukan kegiatan Halal Bihalal itu lantaran tidak ada sandarannya dalam ajaran Islam. Benarkah demikian?
Guna menjawab hal itu, berikut penjelasan Ustad Ma'ruf Khozin, Direktur Ahlussunnah Waljamaah Nahdlatul Ulama (Aswaja NU) Center Jawa Timur:
Kalimat Halal Bihalal ini disarikan dari hadis tentang meminta kehalalan antara satu orang kepada yang lain, yaitu:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ ِلأَخِيْهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ ِلأَخِيْهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيْهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ (رواه البخاري)
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa pernah berbuat dzalim kepada saudaranya, maka hendaknya ia minta kehalalannya (minta maaf). Sebab disana (akhirat) tidak ada dinar dan dirham (untuk menebus kesalahan). Sebelum amal kebaikannya diambil dan diberikan kepada saudaranya yang didzalimi tersebut. Jika ia tidak memiliki amal kebaikan, maka amal keburukan saudaranya akan dilemparkan kepadanya" (HR al-Bukhari No 6534)
Riwayat ini diperoleh dari KH Maghrobi Rais Syuriyah PCNU Kota Surabaya 2005-2010 saat acara halal bihalal di kantor NU Jl. Bubutan sekitar tahun 2009.
Meminta halal (maaf) di Indonesia memiliki asbabul wurud (latar belakang). Apa itu? Ada di gambar berikut:
"Kalimat Halal Bihalal ini disarikan dari hadis tentang meminta kehalalan antara satu orang kepada yang lain".