Garda Revolusi Iran Siap Tembakkan Ratusan Rudal
Pimpinan Angkatan Udara Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, serangan terhadap pasukan Amerika Serikat di Irak bisa jadi hanya awal dari operasi besar di Timur Tengah. Itu dilakukan apabila AS melakukan serangan balasan.
"Satu-satunya upaya balas dendam yang tepat atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani adalah mengusir pasukan AS dari Timur Tengah," tuturnya, Sabtu 11 Januari 2020.
Pernyataannya itu, dikutip TV pemerintah Iran, disampaikan sehari setelah Iran menembakkan rudal ke pangkalan yang menampung pasukan AS.
Serangan rudal ini merupakan tanggapan atas kematian Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad, Irak.
Presiden AS Donald Trump, Rabu 8 Januari 2020, mengumumkan sanksi lanjutan terhadap Iran, tetapi ia mengatakan Teheran 'mundur' setelah serangan rudal tersebut. Dia tidak menyebutkan tindakan militer lanjutan.
Namun, pada Kamis 9 Januari 2020, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan kepada stasiun televisi Fox News bahwa "atas arahan presiden kita akan tetap waspada".
Dalam wawancara untuk CBS, Pence mengatakan bahwa AS menerima 'informasi intelijen' bahwa Iran telah mengirim pesan kepada kelompok milisi sekutunya agar tidak menyerang sasaran target AS.
Dewan Perwakilan Rakyat AS diperkirakan akan menggelar jajak pendapat tentang resolusi agar dapat memaksa Trump menghentikan tindakan militer lebih lanjut terhadap Iran.
Dalam konferensi pers yang diliput oleh media pemerintah Iran, Hajizadeh mengatakan pihaknya siap menembakkan ratusan atau bahkan ribuan rudal. Saat ini menurutnya ada sekitar 20 rudal sudah ditembakkan.
Hajizadeh berkata, tembakan rudal itu tidak diniatkan untuk membunuh setiap pasukan AS. Namun operasi itu bisa direncanakan sedemikian rupa sehingga sebanyak 500 tewas di tahap pertama.
"Kami memperkirakan bentrokan itu akan berlanjut selama tiga hari hingga sepekan. Kami telah menyiapkan sekian ribu rudal dalam keadaan seperti sekarang," kata Hajizadeh, sebagaimana dilaporkan kantor berita Fars.
Brigjen Hajizadeh juga mengatakan Iran telah meluncurkan serangan siber yang ia klaim telah melumpuhkan sistem AS dalam melacak rudal selama serangan.
Meski demikian, para pejabat AS menyatakan dapat mencegah korban berjatuhan karena sistem peringatan dini berjalan efektif.
Penampilan Brigjen Hajizadeh, dengan bendera berbagai kelompok milisi dibariskan di belakang podiumnya, merupakan upaya pamer kekuatan di kawasan Timur Tengah. Demikian dilansir BBC.
Hajizadeh disebut ingin menunjukkan bahwa berbagai kelompok itu berada di bawah komando Iran.
Bendera-bendera itu, di antaranya bendera Pasukan Mobilisasi Populer Irak, yang pemimpinnya tewas bersama Soleimani, serta Hizbullah Lebanon dan Hamas Palestina.
Bendera kelompok Houthi Yaman, yang hingga kini diklaim Iran bebas kepentingan mereka, juga dipajang dalam jumpa pers.
Advertisement