Empat Hal Menuju Peradaban Baru, Pesan Gus Yahya
oleh: KH Yahya Cholil Staquf
Pada abad ke-21 ini, dunia memasuki era dengan realitas berskala peradaban yang belum pernah ada preseden selama ribuan tahun sejarah umat manusia. Realitas baru itu ditandai dengan merosotnya relevansi batas-batas fisik dan sosial yang dapat menghalangi interaksi langsung antar individu.
Di bawah atmosfer realitas baru ini, klaim lokalitas pun menjadi semakin tidak kredibel karena seluruh dunia akan menjadi satu lokal bersama untuk semua. Sejalan dengan itu, identitas tribal atas dasar pengelompokan suku, ras, agama, aliran politik dan basis-basis komunalitas lainnya, menjadi ancaman yang berbahaya terhadap kemanusiaan sebagai keseluruhan.
Dunia mengarah pada pembentukan suatu peradaban tunggal universal yang meleburkan segala perbedaan parsial (al hadlaarah al muttahidah al mutashahhirah). Hanya saja, format kemapanan yang mewadahi peradaban tersebut belum menjadi dan belum ada pihak yang siap dengan tawaran yang bisa diterima oleh semua pihak.
Aktor-aktor paling berdaya menyibukkan diri dengan pasang kuda-kuda mengembangkan kapasitas untuk menangkal atau menaklukkan pesaing-pesaing dengan mengandalkan kekuatan. Dunia terombang-ambing dalam ketidakmenentuan.
"Dunia harus membangun konsensus mengenai parameter-parameter keadilan yang dapat dioperasionalisasikan untuk menjembatani perbenturan-perbenturan kepentingan".
Di tengah keadaan ini, demi keselamatan kemanusiaan, dunia tidak boleh berpaling dari imperatif-imperatif sebagai berikut:
Karena:
1. Setiap individu berhak atas martabat yang setara dihadapan sesama;
2. Harmoni sosial adalah syarat yang menjamin dimungkinkannya aktualisasi martabat setiap individu;
Maka:
1. Dunia harus menemukan cara untuk memangkas dan membatasi kekuasaan tiran-tiran (thoghut), baik tiran politik, tiran ekonomi, tiran teknologi --dan informasi-- serta tiran dogma-dogma, baik yang bersumber dari agama-agama maupun ideologi-ideologi sekuler;
2. Dunia harus meredakan dan membatasi sebaran konflik-konflik komunal serta menghapuskan kekerasan;
3. Dunia harus membangun konsensus untuk menjamin terbukanya informasi mengenai fakta-fakta;
4. Dunia harus membangun konsensus mengenai parameter-parameter keadilan yang dapat dioperasionalisasikan untuk menjembatani perbenturan-perbenturan kepentingan. (adi)