Berlomba-lomba dalam Kebaikan, Ini Aksi Profetis Kiai Dahlan
Muhammadiyah lahir bersama spirit penyadaran perubahan nasib, hak sehat, hak cerdas, dan hak memperoleh pendidikan. Sehingga sedari awal usianya, Muhammadiyah menjalin kolaborasi atau taawun dengan berbagai pihak, termasuk dengan kelompok yang berlatarbelakang agama berbeda, Belanda misalnya.
Hal tersebut dipaparkan Abdul Munir Mulkhan, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta pada acara "Seminar Kebangsaan dan Kemuhammadiyahan" pada Kamis 4 April 2019 di Ruang Rapat Pascasarjana UMY.
Menurutnya, semua gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah bukan untuk mengislamkan semua orang atau memuhammadiyahkan semua Muslimin.
"Semua kegiatan dilakukan semata demi pemuliaan martabat manusia, untuk kepentingan kemanusiaan," katanya.
"Muhammadiyah menjalin kolaborasi atau taawun dengan berbagai pihak, termasuk dengan kelompok yang berlatarbelakang agama berbeda, Belanda misalnya".
Munir menambahkan, semua hal tersebut adalah buah dari penanaman modal dasar yakni inti teologi Al-Ma'un yang selalu mengajarkan untuk memperjuangkan kepentingan kemanusiaan.
"Semua karena aksi profetis Kiai Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah, sehingga banyak lahir kebaikan. Sekarang, setelah melewati satu abad, semoga organisasi kita tidak kehilangan jangkar pemihakan rakyat kecil, sibuk pada aura kekuasaan atau fasilitas amal usahanya," harap Munir. (adi)