AS Siap Ladeni Tantangan Iran, Ini Pernyataan Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan, pihaknya siap melayani tantangan pihak-pihak yang mengaku bertanggung jawab atas kebakaran di Aramco.
Karena itu, pasukan AS 'siap tempur' untuk membalas serangan terhadap salah satu ladang minyak terbesar Arab Saudi dan fasilitas minyak mentah terbesar di dunia itu.
"Ada alasan untuk percaya bahwa kita tahu pelakunya," ujar Trump dalam cuitan di Twitter Minggu malam 15 September.
Ia menambahkan ia sedang menunggu informasi dari Saudi tentang siapa yang mereka yakini berada di balik serangan dan "berdasar ketentuan apa kita akan melancarkan serangan."
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo berkicau di Twitter. Dalam kicauannya, ia mengatakan, "Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi terhadap pasokan energi dunia."
Mereka juga dinilai mengabaikan klaim tanggung jawab pemberontak Houthi, yang didukung Iran dan mengatakan mereka melakukan serangan tersebut dengan menggunakan drone.
Iran menyebut tuduhan bahwa negara itu pelaku serangan sebagai "kebohongan maksimum."
Kemungkinan sasaran Iran untuk Amerika atau Arab Saudi adalah kilang dan fasilitas minyak penting," ujar Ali Shihabi, pendiri the Arabia Foundation, kepada VOA.
Sementara itu, sebelumnya para pejabat Saudi menyatakan tidak ada yang tewas dalam serangan-serangan hari Sabtu, tetapi produksi minyak harus dihentikan.
Menteri Energi Abdulaziz bin Salman mengatakan sebagian dari produksi yang berkurang itu akan dapat diganti oleh minyak dari fasilitas-fasilitas penyimpanan Arab Saudi yang sangat besar.
Tetapi para analis memperingatkan bahwa jika Saudi tidak dapat memulihkan produksi dengan cepat, harga bahan bakar dapat meningkat di seluruh dunia.
Serangan-serangan pada hari Sabtu itu terjadi hanya beberapa hari menjelang dibukanya sidang Majelis Umum PBB pada esok Rabu, 18 September 2019.
Terkait ketegangan dunia dan ancaman global, ada rencana pertemuan para pemimpin dunia pada Sidang Umum PBB, dimulai hari Selasa 17 September 2019 di New York.
Menurut sebuah kelompok yang terdiri dari 100 tokoh politik, militer, dan diplomatik, sidang kali ini harus menjadikan pengendalian senjata nuklir sebuah prioritas.
Mereka telah menerbitkan sebuah pernyataan yang memperingatkan, risiko akibat kecelakaan nuklir, salah penilaian atau perhitungan belum pernah sebesar sekarang sejak Krisis Misil Kuba.
Bulan lalu, Persetujuan Kekuatan Nuklir Menengah atau INF antara Amerika dan Rusia secara resmi diakhiri.