Areal Tembakau Dipatok 10.774 Hektare, Ini Kondisi Probolinggo
Memasuki awal musim kemarau, para petani tembakau jenis Paiton Voor Oogst (Paiton VO) di Kabupaten Probolinggo mulai mengolah tanahnya. Pada masa tanam (MT) 2019 ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo mematok areal tanaman tembakau seluas 10.774 hektare.
“Target areal tanaman tembakau tahun 2019 ini setara tahun 2018 lalu yakni, 10.774 hektare,” ujar Kasi Tanaman Perkebunan Semusim pada DKPP Kabupaten Probolinggo, Evi Rosellawati, Sabtu, 15 Juni 2019.
Dikatakan target areal itu disesuaikan dengan kebutuhan gudang-gudang pabrik rokok yang akan menyerap tembakau petani di Kabupaten Probolinggo. Dengan asumsi produksi tembakau sekitar 1,2 ton per hektare, tahun ini total produksi tembakau sebanyak 12.929 ton.
Lahan seluas 10.774 hektare itu tersebar di tujuh kecamatan yakni, Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Besuk, Krejengan, Kraksaan, dan Gading. Areal di tujuh kecamatan itu secara agroklimat dari tahun ke tahun cocok untuk tanaman tembakau Paiton VO.
Lebih detil Evi menguraikan, di Kecamatan Paiton areal tembakau seluas 1.943 hektare tersebar di 20 desa. Di Kecamatan Kotaanyar seluas 1.544 hektare di 13 desa. Di Kecamatan Pakuniran seluas 1.490 hektare tersebar di 11 desa.
Di Kecamatan Besuk seluas 2.188 hektare tersebar di 16 desa. Kecamatan Krejengan seluas 2.200 hektare di 17 desa. “Sementara di Kecamatan Kraksaan areal tembakau dipatok seluas 1.110 hektare berada di 14 desa, dan di Kecamatan Gading seluas 299 hektare di 7 desa,” katanya.
Sejumlah petani pun mulai mengolah tanahnya yang disiapkan untuk menanam tembakau. Sebagian lainnya sibuk merawat bibit tembakau di bedeng-bedeng pembibitan.
“Syukurlah meski sudah memasuki musim kemarau, irigasi masih lancar. Jika irigasi tidak lancar, petani harus menyiram tembakau yang baru ditanam,” ujar Sirajudin, petani tembakau di Kecamatan Paiton.
Taufik, petani tembakau di Kecamatan Besuk berharap, saat panen tembakau nanti harganya tinggi. “Mudah-mudahan harga tembakau rajangan bisa di atas Rp 50 ribu per kilogram. Kalau tidak setinggi itu ya minimal seperti saat panen 2018 lalu, sekitar Rp 45 ribu,” ujarnya. (isa)
Advertisement